Kapan Mikirin Orang Lain?
Assalamu'alaikum duniaaa...
"Yang penting keluarga sendiri sehat ga kurang makan aja alhamdulillah"
"Ah saya mah bodo amat, yang penting saya engga"
"Terserah elu deh, gue ga mikirin"
Banyak ya sekeliling kita yang terucap demikian. Dan menyedihkannya saya juga termasuk yang pernah mengucap itu sadar atau tidak.
Ada banyak hal yang menunjukkan ketidakpedulian kita terhadap banyak hal, termasuk persoalan sosial. Di sekitar tetangga kita sendiri atau masyarakat secara luas kita akan berhadapan dengan persoalan yang sebenarnya menguji naluri, menguji sifat simpati dan empati kita, bukan malah apriori.
Alhamdulillah jika sampai pagi ini perut kita kenyang, anak berangkat sekolah dengan bekal yang sehat dan bisa minum susu. Lalu amati lagi. Betapa rumah yang kita tempati begitu kokohnya menahan hujan dan panas. Dengan air conditioner yang bisa nyala kapan saja. Lalu air mengalir dengan deras untuk memudahkan kita saat melakukan pekerjaan rumah, mencuci, memasak dan sebagainya.
Alhamdulillah jika suami masih punya kerjaan tetap yang dengan jalannya bisa untuk menjemput rizki dari Allah yang sejatinya sudah tetap. Dipertemukan dengan kawan sejawat yang baik lagi jujur. Itu karunia.
Dengan segala kemudahan yang Allah limpahkan baik yang kita usahakan sendiri atau karunia 'dadakan' pernahkah kita memikirkan orang lain?
Iya.. orang lain di lingkaran keluarga kita sendiri. Yang secara nasab tak tersambung kecuali dengan ayah kita Nabi Adam.
Orang lain itu bisa penjual pisang tua renta,
nenek sepuh penjual keripik,
bapak pedagan roti dengan kayuhan sepeda tua,
anak kecil pengamen,
anak kecil putus sekolah,
dan oooh... bagaimana dengan orang lain yang terpisah negara.
Yang kelaparan akibat perang saudara,
yang di Ghaza, yang di Aleppo, yang di Bosnia, yang di Rohingya, yang di Afrika. Dan semua negara yang sedang susah manusianya.
Lontaran sinis macam di atas tadi sungguh tak patut kita ucapkan sesungguhnya. Menunjukkan nilai humanis kita yang terkikis. Karena sebenarnya lapar orang di ujung dunia sana, kita tak boleh lalai akan pedihnya.
Maka kita akan lebih bijaksana saat menyikapi hidangan di piring kita.
Kita akan mensyukuri rupiah yang bisa kita kumpulkan untuk tabungan kita sekedarnya.
Mengeluarkan sedekah seringan mungkin yang kita bisa.
Saya jadi berpikir, masalah yang membuat kita terhalang dari kemenangan adalah rasa tidak peduli. Ketidakpedulian kita terhadap orang lain. Masalah yang membuat kita terhalang dari datangnya rahmat Allah.
Mari kita belajar peduli.. Peduli lebih banyak lagi. Dan tak lagi menanam terlalu banyak pundi-pundi hanya untuk keluarga sendiri. Karena menolong dan memikirkan orang lain selalu mengundang keberkahan.
Keberkahan yang bisa jadi anak cucu kita yang merasakan. Bahwa hidupnya tak pernah dalam kemisikinan apalagi kefakiran. Karena warisan uncountable berupa do'a yang tercurah dari orang lain yang kita pedulikan.
Kapan mikirin orang? pertanyaan yang patut dijawab lewat aksi nyata sederhana. Contohnya belanja ke tukang sayur di sekitar kita. Yuk berbuat baik dan mulai memikirkan orang lain.. :D
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain (Al Hadits)
Komentar
Posting Komentar