Cerita Kejepit Jendela

Ada kejadian lucu di siang hari saat santai kemarin. Saya sedang menemani ayah saya mengobrol tentang banyak hal terutama kondisi kesehatan ayah terbaru dan hal-hal seru lainnya yang saya dan Ayah alami saat kami saling berjauhan. Mengobrol dengan orang tua memang sangat mengasyikan, banyak informasi dan hikmah yang bisa kita ambil. Dan itu sudah menjadi kebiasaan di dalam keluarga kami. Najma juga ikut nimbrung dengan kami. Sambil loncat-loncat, nyanyi-nyayi, ikut ngoceh juga, meski tidak nyambung dengan topik yang sedang kami bicarakan.

Saat sedang bermain Najma berdiri di kasur, nah, di atas kasur ada 2 buah jendela yang sengaja ditutup karena udara Bogor sedang panas dan anginnya pun panas. Jendela ditutup agar kipas angin bekerja maksimal tentunya. Ternyata Najma melihat bahwa salah satu jendela tidak tertutup rapat, dan mulailah Najma bereksplorasi. Dia memulai dengan menarik dan menutup daun jendela, terlihat sangat gembira karena ada bunyi dug setiap dia menutup jendelanya. Saya sudah ingatkan sambil bilang, " Dek, hati-hati ya. Nanti kejepit tangannya", Sebagai anak yang sedang tumbuh rasa ingin tahunya, tentu saja perintah saya tidak diindahkan sama sekali. Dia tetap asik dan tertawa-tawa mendengar bunyi dug itu berkali-kali.

Sampai ketika saya masih asyik mengobrol dengan Ayah, sambil tetap mengawasi Najma yang sedang main jendela di samping saya. Telunjuk Najma terjepit daun jendela. Jadi tangan kecilnya masih nyangkut di pinggir kusen saat si daun pintu mau menutup, karena tadinya Najma mendorong-dorong. Alhandulillah, itu dorongan tenaga anak kecil alias Najma sendiri yang tidak seberapa kuat. Saat tangannya terjepit Najma hanya kaget, badannya tersentak begitu. Kemudian dia segera menarik tangan kecilnya, sambil mengelus-elus, dia segera tiduran di samping saya. Sambil terus memandangi dan mengelus-elus tangan malangnya. Yang lucu saat melihat ekspersi malu dari wajahnya saat saya tersenyum menguatkan. Mungkin dia berpikir bahwa "Bunda tadi udah ingetin aku, akunya ga nurut jadi kejepit. Sakit. Bunda benar ternyata.". Karena Najma tertunduk malu, sebelum memutuskan untuk tiduran.

Saya dan Ayah juga kaget, tapi memutuskan tidak memberi respon berlebihan. Hasilnya, Najma tidak menangis meski saya tahu sekali rasanya pasti sakit sekali. Dia benar-benar tidak menangis. Bahkan dia belajar keluar dari masalah sakitnya dengan mengelus-elus tangannya. Saya senyum ke Najma saat ia sedang tiduran dan bilang " ga apa-apa ya Nak, sakit sedikit." sambil tidak lupa kompak saya dan Ayah memberi pujian "Anak pinter ya, kuat loh." Setelah itu Najma mengantuk sambil saya kipasi dan elus-elus punggungnya, yang aslinya memang sudah mengantuk dan saatnya tidur siang saat dia memutuskan untuk bermain tadi.

Dari situ saya belajar, bahwa seorang anak selalu belajar. Dan kita orang tua hanya perlu membimbing, mengantar dan menenangkan. Najma sudah saya tegur, untuk berhati-hati. Namun rasa penasaran terhadap mainan barunya melebihi larangan saya, saya pun tidak ingin membatasi Najma untuk bermain (yang tentunya sambil belajar) dengan dunianya sambil tetap diawasi. Sehingga ketika Najma menghadapi masalah dia tahu rasanya sakit dan belajar bahwa benda itu berbahaya.

Ini berlaku untuk semua permainan, kecuali yang kira-kira sangat berbahaya lho ya. Misalnya main di pinggir jalan, main api dekat minyak tanah, main pisau, dan lain-lain. Insya Allah sebagai seorang ibu kita memiliki naluri untuk bisa mengukur dan mengetahui mana benda yang baik dan yang tidak baik untuk anak kita. Juga lingkungan yang baik dan lingkungan tidak baik. Jangan lupa di awasi, dan diingatkan. Karena meski masih kecil seorang anak sesungguhnya bisa paham maksud pembicaraan sekitarnya.

Nah, setiap orang tua juga punya pola didik yang berbeda, semoga apa yang kita terapkan bisa mengantarkan anak kepada hidup yang penuh kreatifitas, percaya diri, optimisme, rendah hati dan hati yang bahagia. Semoga manfaat.


Komentar

  1. hahahaha, teteeehhh....aku jadi inget pas masih kecil kecepit di bawah meja dan takut mati gara-gara itu :)))

    BalasHapus
  2. Hahaha.. setiap anak kayanya selalu punya momen 'celaka' ya.. eh btw najma ga takut kucing lho, aku aja ga berani pegang.. :D

    BalasHapus
  3. ah Teteh kalah berani daripada Najma nih. ajakin ke rumahku dong, ketemu sama kucingku, si Belang :D

    BalasHapus
  4. mau banget main kesana, mohon disponsori donk biaya transportnya...hehehe van, ikut Komunitas Bisa Menulis ga? di facebook, asuhan Isa Alamsyah dan Asma Nadia. Cerpenmu bagus2 lho.. coba dikirim kesana. aku juga lagi belajar ni.. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Guru