TEman kiTA teNGGang rAsa (TETANGGA)

Pernah merasa terganggu dengan orang lain? Saya pernah. Anda juga pasti pernah. Kita semua pernah. Bisa banyak faktor penyebabnya. Namun yang paling mudah membuat kita terganggu adalah perbedaan kebiasaan kita dengan sekitar kita sih salah satunya. Saya pernah ditegur oleh tetangga karena parkir Mobil tidak di dalam garasi rumah. Bukan tanpa alasan. Mobil yang suami saya pakai itu ukurannya besar. Panjangnya mentok dengan garasi, menyebakan agak susah jika mobil masuk lalu untuk menutup pagar dan menggemboknya. Kok ga di persiapkan garasi mobilnya? Iya, ini bukan rumah kami pribadi. Rumah yang kami tempati adalah rumah milik om dan tante kami yang sedang bekerja di luar Indonesia. Sehingga sudah tentu saya dan suami hanya menerima apa yang sudah ada di rumah ini.  Ditegur lewat SMS, alasannya karena suaminya yang menegur belum mahir menggunakan mobilnya (menyetir) sehingga katanya kesulitan memasukkan mobilnya jika ada mobil kami yang terparkir. Padahal si mas memarkir agak jauh kok dari pagar rumahnya. Tapi, hidup bertetangga memang harus punya tenggang rasa. Dan keesokannya meski tetap sulit untuk menutup pagar karena ukuran garasi tadi, si mas memasukkan mobil ke garasi.
 Alhamdulillah.. masalah selesai. Sekarang suaminya semakin mahir mengendarai mobil, sehingga jika mobil kami terparkir bukan di garasi lagi, tetangga saya tidak keberatan. Sekaligus setelah saya beri tahu alasan kami kadang-kadang parkir di luar. Namun, berselang hari kemudian. Saat tetangga saya mengganti pagarnya dengna pagar geser. Gantian saya yang merasa terganggu. Apalagi saat itu Najma masih bayi baru lahir. Suara pagar yang hendak di buka atau di tutup itu otomatis membangunkan Najma bayi saat tertidur. Bete. Pasti. Susah kan ya nidurin bayi, bangun karena hal sepele kayak gitu bikin bĂȘte sih. Hehe. Tapi saya tidak hendak menegur tetangga saya. Mengapa? Ya gak apa-apa. Saya masih bisa tahan diri dan berusaha meniduri Najma bayi lagi. Dari situ saya belajar. Bahwa bermasyarakat memang terkadang, eh, pasti membuat kita berhadapan dengan hal-hal yang tidak cocok dengan kita. Bisa membuat konflik kalau kedua belah pihak memilih sama-sama ‘panas’ menghadapi perbedaan. Namun, akan terjalin baik jika salah satu memilih lebih ‘adem’ megahadapi situasi. Bertetangga atau bermasyarakat adalah wadah pahala jika kita isi dengan saling pengertian, tenggang rasa, mengormati dan saling menjaga. Saya lebih suka menahan diri, syukurnya si mas juga. Kami tipe orang yang berusaha tahan diri atau lakukan sendiri daripada memancing ribut dan hubungan malah renggang. Dan biasanya jika sungguh tidak nyaman, kita sampaikan saja kepada Ketua RT yang memang tugasnya menengahi masalah. Kalau kamu tipe tetangga apa..? yang panas atau adem..? :)
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi