Akhirnya, Ludi bisa baca :)

Assalamu'alaikum

Hampir memasuki pertengahan bulan Juni 2022, mulai sibuk lagi antar jemput Najma dan Ludi. Mulai ngerasain tidur sebentar itu berharga namun karena sudah mengalami rehat saat sekolah online dalam waktu lama, momen ini jutsru bikin hidup berasa hidup :). Selalu excited setiap ada info soal pembelajaran offline dan tenang saja, Najma dan Ludi sudah di vaksin juga. 

Sejak memutuskan menunda Ludi masuk Sekolah Dasar, saya tahu betul apa sebabnya kami menunda. Sekaligus melakukan beberapa usaha untuk membantu Ludi memenuhi kriteria tumbuh kembang diusianya supaya tidak susah bagi Ludi saat sekolah sendiri (jika sudah tatap muka). Dimulai dari memastikan Ludi bisa makan dan minum sendiri, toilet trainning, bisa mengutarakan perasaan, bisa meminta tolong dan interaksi sosial lainnya.

Namun karena life skill diatas sudah diasah lewat keseharian seperti biasa, memang tidak sulit bagi Ludi untuk menggunakan skill tersebut. Hanya saja ternyata, ada skill lain yang menunjang rata-rata anak Sekolah Dasar di Indonesia, yaitu membaca. Saya bilang di Indonesia, sebab beberapa negara lain tidak menekankan kemampuan ini bahkan saat sudah masuk SD. Negara lain di usia 7 tahun anak-anak baru diajar membaca, sedangkan permainan berupa huruf dan angka sudah pasti diberikan sejak usia dini lewat permainan. Sedangkan membaca lain cerita.

Merujuk literatur para ahli yang menunjukkan soal keterampilan membaca adalah keterampilan yang rumit untuk otak anak-anak di usia dini. Maka diteliti bahwa di usia tertentu, saat otak anak sudah siap kegiatan membaca ini menjadi lebih mudah dan lebih 'ramah' anak. Terutama saat logika anak mulai terbiasa dilatih, maka kegiatan menangkap simbol lewat huruf yang dirangkai menjadi kata akan menjadi lebih mudah.

Saya sendiri sering mendapati, anak yang bisa 'membaca' tapi lalu tidak tau apa isi yang dibaca. Artinya anak ini hanya merangkai, tapi tidak memahami maksud dari kata yang dia rangkai. Darisitu saya tidak memaksa Ludi untuk bisa membaca segera, terlebih Ludi memang secara jelas belum menunjukkan ketertarikan dalam membaca di awal usia sekolahnya. Maiiin doang isinya. Pengalaman belajarnya benar-benar menguras tenanganya. 

Alhamdulillah sekolah usia dininya Ludi betul-betul mau diajak kerjasama dan faham anak tidak boleh dipaksa, karena memang belum usianya. Diperkenalkan, dibuat kegiatan menyenangkan yang rutin tapi tidak ada target waktu harus banget bisa membaca saat lulus TK hehehe. 

Saat masuk SD, Ludi baru bisa merangkai kata tapi sudah mengerti arti dari tiap kata yang dia rangkai. Jikapun Ludi bertanya, artinya kosakata tersebut memang belum pernah Ludi dengar sebelumnya. Seperti transportasi, karena dia taunya ya kendaraan. Tapi Najma pun di usia 10 tahun ini masih suka bertanya kalau bertemu kosakata yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Wajar, normal:)

Sengaja menunda mahir membaca, bukan berarti menunda melatih struktur berpikir kritisnya. Karena itu dua hal berbeda. Logika dan critical thinking anak-anak bisa sangat dilatih saat bermain tidak terstruktur sekalipun. Lewat dialog, bermain peran, bermain dilapangan dan segala hal yang menggunakan seluruh panca inderanya. Menarik kan ternyata tugas anak bukan membaca saja, tapi melatih kemampuan berpikir kritisnya :)

Sekarang usia 8, Ludi bisa membaca dengan arti sesungguhnya. Membaca dan faham apa yang dia baca, dan bisa menjawab pertanyaan saat diberi tugas di worksheetnya. MasyaAllah, salut saya, Ludi akhirnya bisa baca. Hahaha ditengah gempuran ekspektasi sekitar mengenai anak sekolah harus bisa apa, sudah sampai mana belajarnya dan semua yang rumit. Saya bersyukur juga ada dikomunitas yang tepat, sehingga tidak sedikitpun membuat saya insecure pada tahap ini. 

Jadi, mengelilingi Ludi dengan buku menarik, membacakan cerita sebelum tidur, mengajaknya ke toko buku, melihat kakaknya yang sangat suka membaca buku, adalah usaha saya agar Ludi bisa baca. Tapi mengajaknya untuk menggunakan logika, membiarkannya memilih dan mengambil keputusan, meminta untuk berani berbicara, dan segala hal lainnya juga adalah proses belajar yang tidak bisa diabaikan.

Memaksa anak membaca, bisa mencederai otaknya. Silakan dibaca sendiri literatur mengenai itu. Diusia tertentu otak akan selalu bisa mencapai kemampuan dasar apapun, selama kita sebagai orang dewasa membantu dan mengutamakan kesehatan mereka dimasa tumbuh kembang ini. 

Saya tulis ini sebagai pengingat dan semoga jadi penyemangat buat ibu-ibu yang sedang galau melihat anaknya belum bisa membaca. Bagi saya, selama belum usia 7 tahun dan logika dia bisa berjalan lewat pertanyaan sederhana, maka anak kita baik-baik saja. Silakan latihan membaca dengan pelan dan menyenangkan ya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi