Cerita Guru

CURHAT DAN JAWABAN TOP

Saya adalah tipe orang yang sangat ekspresif. Jika saya dapati diri saya sedih, raut wajah saya secara pasti menggambarkan itu. Jika saya dapati saya sedang bahagia, jangan tanya kalau ada bising-bising, pasti itu asalnya dari saya sebagai ekspresi kegembiraan saya. Termasuk jika ada hal yang mengecewakan. Pokoknya saya adalah tipe orang yang sulit menyebunyikan perasaan. 

Beberapa hari yang lalu, saya curhat dengan si mas mengenai kondisi murid-murid privat saya. Sehabis mas shalat maghrib dan makan, saya dan mas terbiasa bertukar cerita apa saja tentang kegiatan hari ini. Tentu saja saya yang paling banyak cerita, secara gituloh si mas mah pinter banget milah-milih cerita. Yang kira-kira ga penting ya ga diceritain, ga kaya saya, penting ga penting i have to share the story to him. Alasannya ya biar ga jadi sampah di hati dan pikiran. Hehehe curang ya :p

Sebagai guru untuk beberapa murid saya, saya tentunya punya beban moril kepada anak-anak didik. Meskipun bukan ngajar di sekolah, tapi tanggung jawab saya tetap besar. Mengantarkan anak kelas 9 menuju UN bukan hal mudah. Saya betul-betul menyadari dan faham itu. Akhirnya saya buat beberapa tata tertib untuk saya sendiri sebaga guru dan tentu saja murid saya.

Saya ingin menjadi guru yang disayangi murid, disukai, dan murid tidak takut dengan saya. Karena anak jaman sekarang kondisi pertama yang harus mereka rasakan adalah fun dulu. Setelah mereka merasa cocok, suka dan sayang, input apa saja menjadi lebih mudah. Makanya saya ga terlalu maksa mereka, dengan belajar diselingi ngobrol pas istirahat, makan bakso, dan foto-foto (ini muridnya doang yang cewek terutama :p). Karena sejujurnya sebagai guru sekaligus orang tua saya kasihan dan tidak tega melihat murid saya berkegiatan dengan pelajaran dari jam 6 pagi untuk bimbingan belajar sekolah, pulang jam setengah 3, istirahat sebentar lalu les. Dengan kondisi fisik yang pastinya udah loyo sulit membuat mereka konsentrasi, tapi lagi-lagi tugas saya lah yang harus membuat spirit mereka naik lagi.

Singkat kata, saya curhat dengan mas. Karena saya dapati nilai anak-anak belum sesuai dengan yang saya inginkan. Untuk beberapa anak alhamdulllah dapat nilai yang baik, anak-anak tersebut memang sudah pernah les dari kelas 1, jadi sudah sangat mudah untuk mengajarnya hanya tinggal mengulang. Bagaimanapun proses belajar untuk ujian nasional tidak mudah jika dengan sistem SKB (Sistem Kebut Bulanan). Saya sedih sekali, karena anak-anak ini adalah amanah, saya merasa orang tua telah menitipkan kepada saya ntuk masalah belajarnya. Namun, saya dapati anak-anak tetap weeeeehhhh nyantai kaya di pantai. Tetap asik dengan gadget-nya, dengan dunia social medianya, dengan fashionnya dan lain sebagainya. Tapi mudah-mudahan itu hanya cara mereka untuk refreshing saja.

Setelah saya berkeluh kesah, dan merasa sedih dengan bercurhat ria dengan si mas. Bahkan hampir mikir, "ya udah deh yang, aku nanti ga mau nerima murid privat lagi deh. Aku malu sama orang tua, padahal aku udah melakukan yang terbaik yang aku bisa."
Eh dasar si mas, yang pada prinsipnya memang orang yang cool dan tidak banyak bicara. Selama saya cerita dia cukup mengangguk-angguk, nanya "terus?", sabar banget dengar saya cerita. Sampai akhirnya mas jawab dengan jawaban yang dahsyat, yang gue banget dan the answer all i need, juga bisa bikin saya bilang "aha!!! ini dia!!!", lengkap kap, tanpa banyak teori.

Jawaban yang bikin saya tersadar, bahwa selama ini juga bukan saya yang mengundang anak-anak murid datag ke rumah, bukan saya yang membuat orang tuanya tergerak hatinya untuk menitipkan buah hati mereka kepada saya, tentu saja bukan saya yang akan membuat anak-anak faham ilmu, tentu bukan saya yang membuat nilai mereka baik dan pastinya bukan saya yang akan membuat mereka lulus. Saya hampir lupa, bahwa saya ini hamba yang lemah.

Mas bilang,
"Hasbiyallahu Laa Ilaaha Illa Huwa 'alaihi Tawakaltu, wa huwa Rabbul 'arsyil 'adzim"
sering, sering baca itu ya dek..

Seketika, tanpa banyak bicara lagi saya merasa adem dan tenang sekali. Saya harus menitipkan semua kepada Allah, termasuk hal murid-murid saya ini. Saya sayangi mereka seperti saya menyayangi Najma, saya jaga mereka terutama spiritnya agar menjadi pribadi tangguh. Meski kebersamaan saya dengan mereka hanya sebentar, tapi saya mengajar mereka dengan hati dan tentu harus karena Allah. 

- Ya Rabbi, titip anak-anak saya yang sebentar lag Ujian mudahkan Illahi...-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi