15 Desember 2020 - A Moment -

Assalamu'alaikum..

15 Desember 2020 nih, 16 hari lagi berganti tahun. Pandemi Covid-19 di negeri sendiri masih belum menunjukan penurunan, vaksin yang akan disebar di seluruh dunia konon akan bertahap, 3 M masih berlaku, masih sering dirumah. Untuk saya pribadi ruang lingkup masih di rumah komplek LIPI dan rumah orang tua KRR. Dengan sederet protokol yang usaha banget untuk dilakukan, pasrah dan berdoa selalu diurutan pertama. Takutnya malah jadi jumawa sendiri dengan segala kerepotan itu, tapi malah lupa sama hal penting bernama Tawakal :)

Sejujurnya beberapa minggu ini energi saya seperti terserap ke bawah bumi, kaya keseret dengan gaya gravitasi. Iya, apalagi kalau bukan karena di lingkar teman sendiri sudah ada yang terinfeksi dan berita duka kehilangan atas kepulangan selama-lamanya dari orang yang tidak asing bagi hidup saya. Meski, yakin banget sudah jalannya. Tapi ada kenangan yang tertinggal di memori dari nama-nama orang yang berpulang duluan itu.

Ini semua mengajarkan saya untuk tetap tidak boleh membenci tahun ini, 2020 tetap berarti banyak sekali. Juga tidak membenci pandemi yang terjadi, karena ini pasti ada maknanya. Ketakutan saya adalah hilangnya akhlak saya pada Sang Maha Pengatur Segala. Kebiasaan ngatur hidup sendiri, tetap tidak ingin membuat saya punya perasaan ngatur alam semesta. Hehehe. Apalah tangan kecil sudah pasti tidak akan mampu menggenggam banyak, melihat lebih luas. T.E.R.B.A.T.A.S. Persis seperti saat ini kita di isolasi alias lockdown sesering mungkin dirumah sendiri. Ya kan?

Semua ini akhirnya mengajarkan saya untuk lebih menghargai momen bersama keluarga, momen bercanda di grup watsap teman dekat, momen menelpon saudara. Atau bahkan saat bisa merawat ayah dan ibu, saya diajar untuk menikmati momen bisa menatap matanya yang terbuka, melihatnya mengunyah makanan pelan, minum air. Momen melihat setiap gerak geriknya. Berharga :)

Belum lagi dengan kedua anak dan suami. Meski ga selalu akur dirumah, saya berusaha sekali untuk memaafkan semua hal yang terjadi di setiap malam sebelum mata terpejam hendak tidur. Tidak pernah ragu meminta maaf jika ada salah sangka. Tidak menunda untuk memeluk, bercanda, marahan, baikkan dengan Najma dan Ludi. Bahkan bisa menikmati momen saat kami semua asik sendiri-sendiri dirumah kami. Najma membuat komik, Ludi main dalam khayal dengan deretan mobilnya, Mas Didik yang asik nonton Korea atau saya yang juga menononton drama kesukaan saya. Momen me time dalam rumah. Kami menikmati, meski terlihat sendiri-sendiri. Menghargai bahwa tidak mesti harus dalam satu lingkaran selalu, karena kami semua pada dasarnya adalah individu :)

Menikmati momen berbicara dengan adik-adik. Bertengkar lucu menentukan menu, me-rundown hutang piutang (hahaha ini lucu beneran). Tapi kami seperti rantai yang ga akan bisa terpisah, meski sama-sama keras seperti besi-besi itu. Atau momen menelpon ipar dan ibu mertua yang jauh. Menikmati setiap suara mereka, bercanda atau hanya sekedar mendengar kisah harian. Mahal ternyata.

Selagi masih ada usia yang sudah jelas diberi nasihat tentang akan tiba masa berpisah dengan semua lewat kepulangan-kepulangan itu. Tidak lagi saya harus mendengar ego tentang apa yang mestinya saya dapat, karena saat melihat keluarga saja, dengan sejujur-jujurnya, saya sudah cukup mendapat apa yang mesti saya dapati di hidup. Sejatinya. Meski sederhana tapi ini kenyataan. Saya tidak perlu mencari euforia atau pemandangan fatamorgana. Hanya perlu menikmati dan ucap terima kasih pada Allah SWT yang memperkenankan saya hadir di bumi.

Tidak sempurna, tidak semua indah. Ada sedih, kecewa dan air mata. Tapi lagi-lagi, melihat dengan jujur ke dalam diri. Selama masih punya 'waktu' semua akan terlihat mahal, lebih dari permata :) Mari kita nikmati, pahit, getir, manis, giungnya setiap detik di setiap hari. Oke :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi