100 Hari Ayah ~~

Assalamu'alaikum..


28 April 2021 hari yang akan merubah seluruh hari ke depan bagi saya dan keluarga. Hari dimana ayah tercinta menghembuskan nafas terakhir, menyelesaikan perjuangan panjang, menggenapkan segala usaha dan menyudahi kehidupan di dunia ini atas kehendak Allah SWT. Hari dimana, warna terang langit pagi dan kontrasnya di sore hari begitu terasa bedanya. Hari dimana, sedih dan duka namun terselip syukur mendalam dan rasa tenang. 


Menjadi anak ayah Herry Soesanto dan Umi Ima Widayati adalah syukur utama dan pertama setelah saya sadari saya adalah hamba Allah SWT juga umat Nabi Muhammad SAW. Setelah syukur saya menerima manis iman atas dasar garis kerturunan ini, saya menerima kenyataan bahwa orang tua adalah ternyata nama lain dari rizki dan karunia. Tidak pernah saling memilih, namun kami dipilih begini adanya.


Ayah tersayang sampai saat ini masih kami sayang dan selamanya demikian. Hari-hari kami masih memanggil sebutan ayah dengan 'ayah', seperti kami memanggil ayah seperti biasa. Cerita dan kisah baik juga dengan sengaja kami, sebagai anak-anaknya, sering mengulang apa sih yang ayah mau kami teruskan dan kami lanjutkan sebagai legacy ayah. Kami berusaha mengingat dan menjalankan. Semoga ayah berkenan melihat usaha anak-anaknya ini dan semoga kami bukan anak menyusahkan orang tuanya meski sudah berbeda dimensi.


Berselang beberapa saat kemudian, bertepatan dengan hari ke 100 ayah berpulang. Saya dan adik-adik memutuskan untuk membuat pertemuan keluarga melalui zoom untuk berdoa bersama. Benar-benar zoom private dengan anggota keluarga utama. Orang-orang yang dekat dengan hidup ayah. Alhamdulillah acara berlangsung khidmat dipimpin oleh guru kami tercinta Al Ustadz Uki. Jangan tanya air mata banjir saat sesi akhir tahlilan. Bukan airmata penyesalan, tetapi air mata syukur bercampur haru di pertemuan ini.


Selamanya ayah adalah orang yang kami sayang. Setiap liat diri sendiri saat berkaca saya selalu sadar ada wajah ayah di garis wajah saya, juga adik-adik. Di setiap sikap hampir pasti ada sikap ayah yang menular pada kami. Tidak terkenang hal buruk, semua manis dalam memori. Allah baik sekali.


Menjadi keluarga adalah sesuatu yang tidak bisa kita pilih. Menjaga dan bersabar atas apapun dalam keluarga memang bukan perkara mudah. Tapi menutup mata dari membandingkan hidup keluarga kita dengan kehidupan keluarga orang adalah cara awal kita fokus membawa energi kita. Karena percayalah, menjaga dan bersabar atas keadaan keluarga itu butuh tenaga. Tapi manis akhirnya, sebab 2 hal tadi melahirkan kesyukuran dan semoga baik takdir sisanya. Jagain yaaaa. Orang tua dan keluarga kita.


Tidak perlu ada sesal, jika kita tau energi kita banyak disana. Atas rizki Allah bernama keluarga, semoga semua usahanya jadi pahala bagi kita semua. Salam sayang saya untuk ayah ibu yang baca tulisan ini. 

Tahlilan masa pandemi :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi