Menikmati Peran

Assalamu'alaikum Duniaaaa..

Jadi setiap hari harus janji mau berubah jadi lebih baik ya. Lalu selalu Refresh The Niah. Jadi semangat setiap hari, no drama, no bete, no mece-mece (ngedumel). Semua di jalani, disyukuri, dinikmati dan positif selalu.

Pikir-pikir saya ini sejak menikah di tahun 2009 sampai sekarang 2017 hidup saya kebanyakan di rumah. Dengan kegiatan domestik yang ordinary sekali. Mulai dari pupelap (Nyapu - Ngepel - Ngelap) dan kerjaan urusan suami serta anak. Sudah 8 tahun tidak terlalu banyak kegiatan luaran. Meski Alhamdulillah tetap bisa keluar dan melakukan aktifitas yang saya suka serta masih bisa bertemu teman-teman. Chatting with adult itu perlu buat orang macam saya yang hidupnya sehari-hari bersama anak kecil. Menjaga kewarasan dan supaya tetap bahagia.

Kalau ditanya, apakah saya menikmati? Alhamdulillah saya menikmati. Sebab ambisi saya sejak dulu memang maunya jadi Ibu Rumah Tangga yang urusannya ya amat rumahan. Serius. Sejak SMP sepertinya saya punya cita-cita begitu. Pokoknya kalau sudah punya suami maunya ya di rumah aja. Support sukses suami dari rumah. Nanti pas anak-anak besar baru saya mau punya andil luaran yang harus manfaat. Karena hidup tanpa kemanfaatan artinya hidup kita tidak bermakna apa-apa. Sedangkan Rasulullah SAW bilang,
" Sebaik-baik kalian adalah yang bermanfaat bagi orang lain "

Saya memetakan hidup saya ketika di SMP akhir, sekitar kelas 3. Disitu gejolak masa muda saya lumayan terasa. Sering banget dimarahin (baca: dinasihati) Ayah Umi, sebab saya mulai dekat dengan lawan jenis, pulang suka telat dan macam-macam yang remaja sekali. Tapi saya SMP kala itu Alhamdulillah setiap hari mendengar nasihat di Sekolah, bertemu kawan-kawan yang fokus belajarnya baik, dan ada di lingkungan yang baik sekali. Jadi saya belajar mengenal diri dan menyusun peta untuk hidup saya kedepan.

Dan nomor satu setelah list menikah adalah stay at home. Saya mengantongi gelar sarjana dari jurusan yang banyak orang tidak suka. Mendapat gelar sarjana dengan penuh peluh dan usaha. Pulang malam karena bimbingan dan tugas, mendatangi perpustakaan, membuat jurnal dan kegiatan khas mahasiswa lainnya. Saya semangat sekali saat kuliah, dan tidak berniat bermain-main sebab ingin cepat lulus dan melakukan hal lain.

Setelah dirumah selama 8 tahun ini saya senang dan berterima kasih kepada Allah yang mengizinkan harapan saya dirumah sebanyak mungkin menjadi nyata. Karena tidak semua orang punya keinginan seperti ini. Dan saya diberi kelapangan hati melakukannya. Serius. Dan hadirnya kelapangan hati sebab Allah yang memberi. Saya juga senang punya orang tua dan mertua yang tidak banyak menuntut saya untuk juga bekerja, alih-alih di rumah. Orang tua dan mertua malah 'ngomel' kalau saya mulai terlihat sibuk di luaran. Sebab khawatir dengan cucu-cucunya. Saya juga berterima kasih kepada Mas, yang ridho menjadi keran rizki utama bagi keluarga. Tidak menuntut saya untuk menghasilkan uang juga dengan bekerja dengan ritme yang sama dengannya.

Takdir manusia tidak ada yang serupa. Maka ketika takdir saya demikian, saya haqqul yaqin ini sudah termaktub dan Allah lah yang menuntun hati saya dengan pilihan-pilihan yang banyak dan akhirnya dengan nalar dan ilmu saya bisa memilih. Tidak mulia pekerjaan saya di rumah, jika saya tidak menghasilkan pahala. Dan tidak hina pekerjaan saya di rumah, jika setiap hari saya ridho melakukannya.

Ada tips dari saya untuk bisa menikmati peran sebagai Ibu Rumah Tangga:
1. Buat ritme hidup sejak pagi sampai malam.
Jadi pelajari ritme hidup kita sekeluarga dan ikuti. Lalu lama-lama kita jadi tahu jam-jam keluarga kita. Suami bangun jam berapa, yang perlu disiapin setiap hari apa, bikin sarapan jam berapa, mau      ke warung jam berapa, beli apa, mau beres-beres berapa jam.
Ritme hidup pasangan baru menikah nanti akan berbeda setelah punya anak. Pasti lebih padat dan      seru sekali. Belum lagi kalau anak kecil belum bisa di ajak kompromi. Wah banyak kerjaan rumah yang terabaikan dahulu deh. But still thats okay. Rumah berantaka sebentar, nanti pas anak-anak istirahat dirapihin juga cuma setengah jam.

2. Cari kesibukan.
Jangan suka bengong meski di rumah. Saya hampir tidak pernah, tidak berbuat apa-apa di rumah.        Ada saja yang harus saya pegang, saya selesaikan. Dan saya suka. Sebab dengan terus bergerak,          badan lebih sehat, hati lebih lapang dan tidak membuat celah bagi syetan untuk membuat kita              tidak bersyukur.

3. Tetap silaturahim.
Banyak di rumah tapi tetap jalin silaturahim di tempat-tempat yang baik. Syukur-syukur perginya        ke tempat pengajian, rumah orang tua, saudara dan kawan-kawan yang setelah bertemu mereka          kita lebih bahagia.

4. Jadikan suami (dan istri) teman terbaik.
Sadar atau tidak, yang membuat orang banyak berubah adalah kehidupan setelah menikah.                  Komunikasi antara suami istri harus sehat dan menjadi kebutuhan dasar di rumah. Jika tidak, pasti      ada salah satu yang tidak merasa bahagia, tertekan dan parahnya depresi. Banyak istri atau suami        yang tidak bahagia meski di rumahnya sendiri. Saya yakin itu pasti karena tidak adanya ruang            saling sapa, menyapa perasaan, menyapa hati dan jiwanya. Tidak sempat berbicara di luar urusan        dompet. Lupa hangatnya kasih sayang dan lupa alasan untuk menikah. Yang padahal pasti ingin          hidup bahagia. Buatlah ruang bagi suami atau istri untuk selalu merasa dirinya di utamakan dalam      hidup. Sebab sejatinya, bagi pasangan yang sudah menikah. Pasangannya lah teman sejati. Karena      di akhirat, di Yaumil Hisab. Suami dan istri maju di persidangan Allah untuk mempertanggung            jawabkan kehidupan bersama saat ada dalam ikatan pernikahan.

5. Jalan-jalan.
Penting. Ini serius. Saya pribadi membuat anggaran untuk jalan-jalan atau makan di luar. Tidak          besar. Tapi bisa mencicipi masakan di luar yang halal itu resfresh. Tidak usah mahal yang penting        bersama.

6. Jangan ragu jika ingin me time.
Boleh kok me time. Sepakati dengan pasangan kapan ingin me time. Jangan dadakan kalau bisa.          Supaya suami juga bisa arrange waktu nya untuk khusus di rumah bersama anak saat kita pergi          sebentar. Me time, 2 minggu sekali wajar lah ya. Makan burger kesukaan, pempek favorit bersama      teman perempuan. Yang sederhana. Tapi cukup jadi charger.

7. Dekatkan diri kepada Allah.
Banyak ibadah yang bisa dilakukan dirumah. Beres-beres sambil sholawat, menyuapi anak sambil      menghafal surat, nyuci piring sambil istighfar, sholat sunnah, baca Al Qur'an, mendengar murotal,      mengajak anak sholat, mengajari Iqro'. Daaaaan banyak lainnya. Soalnya hanya dengan mengingat      Allah hati tenang. Itu sudah paten sih ada di Al Qur'an, jadi mau ngeles cari ketenangan sampai          ujung dunia juga tidak akan dapat jika jauh dari Allah Pemilik hati setiap hamba. Jangan jauh-jauh      dari Allah, apalagi kita ini selalu butuh dengan Allah.

7 tips di atas saya rutinkan selama 8 tahun belakangan, meski Alhamdulillah beranjak anak-anak besar sekarang saya bisa keluar rumah juga untuk melakukan hal-hal yang insyAllah saya harap bermanfaat.

Saya ingin semua wanita merasa berharga, dengan pekerjaan apa saja, meski sepertinya pekerjaan rumahan bisa di handle maid seharga Rp 800.000 tapi pekerjaan rumahan bukanlah pekerjaan rendahan, apalagi itu bukan pekerjaan bernilai maksiat. Semangat semuaaaa.

Peran kita di dunia hanya paling lama 1,5 jam waktu akhirat. Rumah kita bukan di dunia, rumah kita di Surga. Tempat Allah menghidupakan Nabi Adam dan Siti Hawa. Dan semoga kita selalu punya arah untuk tahu tempat kita kembali pulang. Jadi, nikmati peran dan luaskan sabar. :)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi