Muhasabah Diri

Pernah ngerasa sedih..? Marah..? Galau..? Pernah lah ya. Namanya juga manusia, apalagi kalau kondisi imannya lagi lemah. Marah-marah dan mengeluh udah pasti dianggap sebagai pelampiasan dan jalan keluar instan tanpa kita pikirkan efek jangka panjangnya. Sebagai seorang manusia yang lemah, dengan banyak problematika yang harus dihadapi, kita tentu dekat dengan yang namanya stress. Merasa tidak sanggup lagi, merasa orang lain hidupnya jauh lebih nyaman dari kita dan sebagainya. Intinya kurang bermuhasabah ke diri sendiri bahwa banyak sekali nikmat Allah yang kita abaikan. Terlalu asik melihat orang lain dan lupa bersyukur, padahal bersyukur cara cepat dapat nikmat Allah yang lain yaitu RahmatNya.

Well, saya juga pernah tuh ada dalam kondisi galau dan sedih, kadang marah. Tapi alhamdulillah bisa juga ya keluar dari masalah tanpa marah-marah yang dikeluarkan secara berlebihan. Ada beberapa pikiran yang sering datang di saat saya sedang marah, sedih atau galau. Semisal, saya berpikir saya lebih beruntung di banding gadis-gadis yang terlahir di zona perang yang ada saat ini. Contohnya di Palestina. Lahir di lingkungan yang tidak aman, dengan dentuman bom dimana-mana, setiap detik siapa saja bisa wafat dengan peluru terhunus di dada, ibu-ayah bahkan terkadang sudah tiada saat ia terlahir di dunia, boro-boro mau makan enak, shalat dengan tenang saja bisa jadi tidak bisa. Kondisi perang selalu membuat kondisi psikologi rakyatnya tidak kondusif, namun Maha Baik dan Maha Besar Allah. Karena memberi mereka semua, saudara-saudara kita di sana kekuatan dan kesabaran. Serta keyakinan bulat akan janji Allah tentang kemenangan dan Surga. Tidak ada yang membuat mereka takut bahkan peluru dan tank-tank keji yang siap melahap mereka. Tanpa gentar mereka lawan, karena tahu ini hanyalah Dunia. Bukan tempat keabadian, Allah lah tujuan, dan Surgalah idaman serta Rasulullah kekasih harapan. Lantas mereka siap menghadapi dengan sabar dan ikhlas. Meski terkadang air mata jatuh bercucuran, atas kelemahan diri melihat kekejian di sekitar. Wajar dan sangat manusiawi.

Saya sempat membaca di salah satu media massa, bahwa anak-anak kecil Palestina menghabiskan masa kecilnya dengan menghapal Al Qur'an di madrasah-madrasah sederhana. Lalu menjaga wudhu nya meski hawa musim dingin menusuk raga. Tidak ada kata lain kecuali Allah yang diajarkan oleh orang tua sejak masa kecilnya. Benar-benar terlahir sebagai syuhada. Mereka juga tetap bisa tertawa sambil berlarian dengan teman sejawatnya meski banyak tank-tank yang berlalu lalang di depan mereka. Subhanallah.

Lantas apakah mereka pernah mengeluh? Saya yakin sempat juga mereka bertanya-tanya, para remaja dan anak tak berdosa tentang keadaan bumi mereka. Sedih pasti pernah hadir juga. Namun, lingkungan dan orang sekitarnya yang mendidik juga menumbuhkan keyakinan, ini hanya Dunia, dan ini sementara. Allah tujuan, biarlah raga termakan peluru tajam tapi jiwa yang selamat Allah peluk dan aman.

Nah, coba bayangkan dengan saya. Jauuuuuh.... Saya lahir alhamdulillah di negeri yang Allah lindungi, dan aman. Masih bisa wisata kuliner, masih bisa tertawa, masih bisa bermain dengan anak-anak tanpa rasa was-was dan takut, dan masih bisa belajar. Pantaskah jika saya mengeluh? tentu tidak. Sedangkan terkadang wajah masam saya hadirkan untuk suami tercinta, astaghfirullah. Padahal kebaikan dan jasanya sebagai imam keluarga jauh lebih harus saya hormati dibanding dengan keluhan-keluhan saya. Lalu terkadang membangkang dengan orang tua, astagfirullah. Padahal air susu umi saya setetespun tidak akan bisa saya bayar meski dengan gunung emas murni yang saya persembahkan, karena di mata Allah, air susu ibu yang diberikan kepada putra-putrinya tetap jauh lebih berharga. Kepada ayahanda, sering membantah dan menolak ajakan makrufnya, padahal kasih sayang dan peluhnya selama saya hidup tak akan bisa saya gantikan dengan mobil mewah, dan ajakan kepada kebaikan adalah usahanya untuk menghindarkan diri dan keluarganya dari panas api neraka, karena itu tugasnya.

Apalagi jika dibandingkan dengan kakanda tercinta Rasulullah SAW, jauuuuuuuhhhh. Hidupnya sudah 'menderita' sejak kecilnya, di saat ayahanda telah tiada, lahir tunggal tanpa saudara sedarah, lalu di usia 6 wafat ibunda disusul di usia 8 wafat sang kakek tercinta. Sempat mengadu, kemana harus pergi, kemana harus meminta perlindungan, namun beliau terus mengikuti kata Bashirohnya untuk tetap di jalan kebaikan dengan tidak pernah menyembah berhala di masa itu. Ketika menikah dengan Khadijah, masa-masa indah terurai setiap hari, menjadi teman dalam perjuangan maupun bisnis, menjadi sahabat yang siap memeluk di saat sulit, lalu Allah panggil wanita tercintanya tak lama setelah di angkat menjadi nabi.

Rasul bahkan seperti yang jarang sekali punya momen bahagia dalam hidupnya. Namun keyakinan akan ada Dzat Maha Besar dan Maha Baik lah yang selalu menyelamatkan. Saat menjadi Nabi dan Rasul, dihina, dilempari kotoran, ikut berperang, ditahan di gurun bersama orang-orang yang terdahulu beriman 3 tahun tidak dikirim makanan, dan serangkaian penderitaan dalam menyebarkan syiar islam, yang padahal hadir sebagai penolong manusia, agar menyembah hanya kepada Allah semata.

Tidur beralaskan sehelai selimut di saat musim dingin, dan dijadikan alas badan saat musim panas. Dengan rumah kecil yang hanya ada bilik-bilik reyot. Tidak meninggalkan warisan harta apapun untuk keturunannya, dan lain sebagainya. Padahal tidaklah Allah ciptakan langit dan bumi beserta isinya, hanya karena Allah hendak menciptakan seorang makhluk mulia bernama Rasulullah SAW. Haram neraka baginya, surgalah tempatnya. Dunia seolah tidak memihak padanya, padahal memang begitulah adanya, dunia tidak akan menyelamatkan kita karena terlalu banyak penderitaan di dalamnya. Maka kepada Allah lah kita harus mendekat, mengadu dan berharap. Semoga kita semua diberi sabar dan kekuatan. :)

PS: Teruntuk sahabat-sahabatku yang curhat dan pada galau, juga untuk diri sendiri. Yang sabar ya cantik :) Surga ga murah, ga mudah. Harus ada peluh dan pengorbanan biarlah ia jadi saksi atas usaha sabar kita. Malu sama mereka yang dengan cobaan jauh lebih berat tapi ternyata lebih kuat. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi