Don't Judge a Book by It's Cover

Assalamu'alaikum...

Di malam ahad februari ini setelah melihat berita soal aksi 112 yang berlangsung super damai, alhamdulillah saya lega. Di balik semua senyum dan tawa saya sebagai manusia, ada kekhawatiran luar biasa soal kondisi negeri tercinta. Tapi alhamdulillah, semua masih aman dan sangat terkendali.

Saya mau bahas sesuatu yang.. sepertinya semua orang berpikir sama. Kita, tanpa sadar suka menganggap orang lain lebih bahagia dari kita. Lebih makmur, lebih kaya, lebih cantik, dan lebih dalam segala hal lainnya.

Sampai di saat Allah takdirkan saya bertemu dan kenal baik dengan banyak sekali orang hebat dengan ujian hidup yang Subhanallah sangat berat, at least bagi saya. 

Ada pria yang baik luar biasa. Pintar dan terhormat. Tetapi di uji dengan keluarga yang terpisah lewat perceraian yang sangat menyakitkan. Anak-anak pergi termakan fitnah sekeliling. Di fitnah dengan fitnah yang kejam. Padahal Masya Allah rizki nya secara harta banyaaak. 

Ada wanita cantik luar dalam. Tinggi semampai, kulit putih rupawan, bicaranya yang sangat sopan, suami yang amat penyayang. Tetapi di uji dengan belum mendapat keturunan. Bukan hanya itu, riwayat sakit soal rahim yang berjejer-jejer panjang, dengan banyak operasi yang dilakukan. Segala macam suntikan dan obat-obatan. Bukan satu dua tahun ia berjuang. Tapi 11 tahun lamanya.

Dan banyak contoh nyata lainnya. Padahal sebelum kenal dekat dengan yang bersangkutan saya sempat menduga bahwa mereka lah orang paling berbahagia. Dengan pendidikan baik, baju mahal, mobil terbaru dan keliling dunia. Tapi ternyata..

Sejenak saya mengingat kembali. Bahwa hakikat hidup ini sudah ada yang punya skenarionya. Dengan ukuran kesanggupan menahan beban berat cobaan yang sangat presisi. Seberat-berat cobaan, sekuat-kuat kemampuan menghadapi cobaan sebenarnya sudah disiapkan.

Yang saya suka dari mereka semua adalah.. berkah kesulitan dan cobaan yang mereka sebut sebagai nikmat yang tertunda mungkin tidak dibayar di dunia tapi sangat mungkin dan (pasti) terbayar lunas di akhirat nanti. Dengan sabar dan sholat sebagai penolong utama. 

Dengan kesuksesan dan kebaikan materi mereka tidak sombong sama sekali. Mereka terbiasa makan di tempat makan five stars, tapi silakan ajak mereka makan combro 1000 rupiah atau mie ayam pinggir jalan pun mereka tidak berkeberatan. Mereka faham sekali, bahwa hidup harus luwes. Seluwes menghadapi ujian yang mereka terima.

Iiiiih... saya mah aseli 'iri' kepada mereka. Sabarnya terbukti. Allah sayang banget sama mereka, nyata-nyata. Kan ujian memang tanda cinta. Tanda Allah maunya si fulan atau fulanah dekat terus sama Dia, minta terus, jangan jauh-jauh. Hebatnyaaaaa....

Saya paling suka berteman dengan orang-orang yang punya positive vibes, nularnya banget terasa. Karena itu, saya tidak lagi berani menilai orang lewat tampilan luarnya. Saya mau belajar jadi orang yang punyak banyak stok husnudzhon agar saya tetap awet muda... hihihihi. :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kolam Renang Puri Bintaro Club House

Mampir Ke Al Kahf Space & Kopi Manyar Bintaro

Cerita Melahirkan Ludi